Sempat Ditolak 100 Investor, Pemilik Canva Jadi Wanita Terkaya ke-3 di Australia
Cloteh Media
cloteh.com – Tidak akan ada habisnya jika berbicara tentang dunia digital. Salah satunya ialah dunia desain grafis. Bahkan saat ini, desainer grafis menjadi pekerjaan freelancer yang sangat baik prospeknya. Terlihat semakin banyaknya yang membutuhkan skill ini. Mulai dari industri percetakan hingga bisnis sekelas unicorn seperti Gojek membutuhkan kemampuan ini.
Ada banyak sekali alat yang bisa digunakan mendesain. Mulai dari alat yang kompleks khusus untuk profesional, hingga yang paling simple untuk pemula. Salah satunya ialah Canva.
Canva adalah platform instan editing untuk grafis. Tersedia banyak sekali template yang tersedia di dalam aplikasi ini. Seperti desain kartu ucapan, postingan sosial media, hingga poster event ada di sini.
Pengguna hanya perlu memilih templatenya, melakukan edit seperlunya, dan langsung bisa di export menjadi file gambar secara utuh.
Melanie Perkins – edited by Cloteh.com
Isi Artikel
Melanie Perkins, Pendiri Canva yang Ditolak oleh 100 Investor
Saat ini, Canva telah mencapai jumlah pengguna sebanyak lebih dari 13 juta pengguna. Dan telah berhasil menjadikan sang pemilik, Melanie Perkins, menjadi saah satu sosok wanita terkaya di Australia.
Namun siapa sangka, dibalik keberhasilan Melanie, ternyata dia pernah disepelekan oleh para calon investornya. Seperti apa kisahnya dan bagaimana Melanie bisa bangkit hingga memiliki title “Wanita Terkaya” ?
Latar Belakang Berdirinya Canva
Dilansir dari berbagai media, Melanie Perkins merupakan seorang mahasiswi fakultas Komunikasi dan Perdagangan di University of Perth. Berawal dari masalah yang dia alami yang merasa kesulitan dengan desain yang ditawarkan oleh Adobe dan Microsoft. Ia merasa desainnya terlalu rumit dan sulit untuk mahasiswi seperti dirinya.
Justru dari kesulitan itulah, ia menemukan titik terang. Ia bersama pacarnya, Cliff Obberth, membangun sebuah platform mereka sendiri pada usia 19 tahun. Melanie memang cukup tertarik pada bidang desain. Terbukti di usia 14 tahun, ia berhasil menjual desain syal buatannya sendiri.
Jika Apple, Microsoft, dan Google mengawali karirnya melalui garasi kendaraan. Maka Canva memulai langkahnya pada ruang tamu ibunda Melanie yang dijadikan kantornya. Melanie dan Cliff bukan lagi sekedar pasangan pacar, tapi juga partner bisnis.
Awalnya mereka membuat sebuah platform desain online untuk buku album tahunan sekolah. Mereka memberikan nama platform tersebut FusionBook. Tidak butuh waktu lama, pengguna situsnya semakin banyak. Namun, Melanie menyakini bahwa ini baru langkah awal untuk menuju mimpi besarnya. Ia mulai berpikir untuk mencari investor.
Ditolak 100 Investor hingga Berhasil di San Fransisko
Tidak mudah untuk menemukan investor yang mau menanam benih sahamnya di situsnya. Bahkan pada awalnya ia pernah ditolak 100 investor dalam 1 tahun. Namun Melanie dan pacarnya tidak menyerah begitu saja. Mereka menjadikan penolakan itu sebagai bahan intropeksi untuk memperbaiki kekurangannya.
Hingga pada tahun 2010, ia mendapatkan kesempatan untuk bertemu Bill Pai, investor dari Silicon Valey, bagian selatan San Fransisko. Ia berusaha keras mempresentasikan platformnya kepada Bill. Namun, nampaknya Bill tidak terlalu tertarik. Hal ini nampak ketika selama presentasi berlangsung, Bill hanya asik dengan ponselnya. Seperti tidak memperhatikan presentasi dari Melanie.
Namun, ketika sampai rumah, Melanie badu menyadari bahwa selama ia presentasi, Bill memperkenalkannya kepada beberapa Investor, Developer, dan juga Teknisi. Yang mana Bill sendiri salah satu investornya.
Melanie Perkins – sumber : Twitter/@MelanieCanva
Melanie Berhasil menjadi Wanita Terkaya di Australia, Kekayaannya Makin Berlipat Selama Pandemi
Dilansir dari Dailymail.co.uk, kekayaan Melanie per Maret 2020 sudah mencapai US$ 1.3 Milyar atau setara dengan lebih dari 19 Miliar Rupiah untuk kurs saat ini. Bahkan selama pandemi Covid-19 ini, ia mengklaim kekayaannya bertambah hingga 2 kali lipat. Hal ini karena semakin banyak yang mengakses platform Canva. Yakni mencapai US$ 2.5 Miliar atau setara hingga lebih dari Rp 3.6 Triliun. Nilai ini berhasil membawanya menjadi wanita terkaya nomor 3 di Negara Kanguru tersebut. Bahkan nilai Canva sendiri mencapai US$ 8.77 Miliar atau setara dengan lebih dari Rp 125 Triliun
Kini Canva telah berhasil melebarkan sayapnya hingga menjangkau luar negeri, seperti Beijing, Manila, dan Perancis. Menurut Melanie, dalam membangun startup yang paling penting ialah mau menerima saran orang lain, mampu memilih mana yang baik, dan harus bisa membayangkan seperti apa kedepannya nanti, sehingga bisa diambil langkah terbaik untuk melangkah kedepan menuju kesuksesan yang sebenarnya.