cloteh.com – WhatsApp, Facebook, Intagram, Twitter, dan Youtube adalah beberapa aplikasi yang paling banyak digunakan oleh sebagian besar orang. Mereka bahkan berhasil menduduki peringkat 10 besar aplikasi dengan pengguna terbanyak di dunia.
Namun siapa sangka, dibalik kesuksesan mereka terdapat banyak sekali aplikasi serupa yang mungkin lebih dulu diluncurkan yang harus berhenti karena alasan persaingan hingga alasan financial perusahaan.
Bahkan beberapa aplikasi berikut ini ada yang milik Raksasa Internet Google, loh! Penasaran? Berikut ini 7 Aplikasi yang gagal dan gulung tikar!
7 Aplikasi yang Gagal Total dan Terpaksa Berhenti, Ada Milik Google?
1. Yik Yak
Aplikasi Yik Yak ini mirip dengan aplikasi Snapchat ataupun Medium. Ya, aplikasi berbagi konten gratis ini diluncurkan di Amerika Serikat dan berhasil mendapat jutaan pengguna selama berkiprah.
Namun, banyaknya pengguna tidak bisa dijadikan tolak ukur kesuksesan sebuah perusahaan aplikasi. Pasalnya, Yik-Yak ini harus berhenti beroperasi. Ada banyak rumor beredar terkait hal yang mendasari dari berhentinya Yik-Yak dari peredaran sosial networking.
Beberapa menyebut ada alasan lain selain alasan persaingan yang cukup ketat. Yaitu dikarenakan boomerang fitur di dalam aplikasi tersebut. Yakni fitur Anonim.
Fitur ini memungkinkan pengguna membagikan konten tanpa ditampilkan informasi siapa pengunggah konten tersebut.
Fitur Andalan tersebut membawanya ke posisi puncak kesuksesan. Namun, fitur tersebut pula yang menjadi boomerangnya. Hal ini membuat aplikasi ini dijadikan media Bullying oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab.
Meski disediakan fitur Filter untuk mengurangi konten Bullying, namun pertumbuhan aplikasi ini terus merosot hingga akhirnya tutup total.
2. Everpix
Everpix merupakan perpustakaan foto Online gratis. Diluncurkan pertama kali pada 2011 di sebuah event San Francisco Disrupt. Sayang, aplikasi ini harus berhenti beredar pada tahun 2013.
Nampaknya, munculnya aplikasi Instagram berhasil menggoyahkan eksistensi aplikasi yang berbagi foto ini. Namun selain alasan ini, ada beberapa alasan yang dikabarkan menjadi pondasi pembubaran aplikasi Everpix.
Alasan financial perusahaan disebut-sebut sebagai hal yang paling mendasari kegagalannya. Pengelolaan keuangan yang buruk, semakin banyak pengeluaran, namun lemah di sisi pemasaran. Sehingga membuatnya hanya mampu mengumpulkan 19 ribuan pengguna saja disaat aplikasi serupa mampu menembus angka jutaan pengguna.
Melalui surat elektronik yang dikirimkan kepada semua penggunanya, Everpix mengumumkan secara resmi tentang pemberhentian operasi dan ditutup pada 15 Desember 2013 silam.
Waduh, sayang banget ya…
3. Google Wave
Sebuah aplikasi besutan Google yang disebut akan menggantikan peran email di masa mendatang. Namun kenyataannya justru harus berhenti di tengah jalan.
Penggunaan yang ribet menjadi masalah utama dari aplikasi ini. Banyak pengguna yang mengeluhkan tentang kebingungan perngoperasian Google Wave ini.
Google Wave memungkinkan pengguna untuk saling bertukar pesan dan dokumen serta mengedit isi dokumen. Yang membuatnya unik, Wave ini mampu menampilkan editing oleh pengguna lain secara real-time, bahkan perkarakternya.
Namun tenang, meski sudah diberhentikan, keunggulan Wave sudah bisa dinikmati pada aplikasi Hangouts yang juga merupakan rilisan Google.
4. Picasa
Sebuah platform yang menyediakan fitur edit foto dan video secara online langsung dari perangkat smartphone pengguna. Merupakan hasil karya LifeScape, Inc. pada tahun 2020 dan berhasil diakuisisi oleh Google pada 2004.
Awal akuisisi, aplikasi ini berhasil menjajaki puncak kesuksesan dengan bermodal jutaan pengguna. Namun terpaksa harus ditutup dan pengguna disarankan untuk pindah ke Google Photos sebagai gantinya.
Persaingan ketat aplikasi editing android menjadi landasan kegagalan dari Google Picasa ini. Namun, Google membuat produk serupa dan menyarankan pengguna untuk ‘hijrah’ ke produk barunya. Yakni Google Photos.
5. Blackberry Messenger (BBM)
PING!!! Ya, itulah yang melekat dipikiran masyarakat tentang aplikasi ini. Aplikasi chatting rilisan Blackberry ini tentu sudah banyak diketahu sepak terjangnya. Bahkan sempat menjadi aplikasi dengan pengguna terbanyak di dunia.
Lagi-lagi, jumlah pengguna tidak bisa dijadikan patokan. Aplikasi fenomenal ini akhirnya juga harus rela tumbang.
Awalnya, aplikasi ini esklusif hanya tersedia pada ponsel Blackberry saja. Namun, ketenarannya membuatnya berambisi besar. Hingga akhirnya menjajah platform Android dan dapat digunakan semua orang secara gratis, tak lagi esklusif dong.
Sayang seribu sayang, kehadiran WhatsApp ternyata mampu mengoyak eksistensi Blackberry Messenger ini. WhatsApp ternyata lebih diminati dan hingga kini berhasil mencapai posisi 10 besar dengan pengguna terbanyak.
Sayang sekali, dunia android terlalu kejam buatmu, BBM!
6. Google Buzz
Aplikasi media sosial milik Google yang telah diintegrasikan dengan Google Mail (Gmail) ini menjadi salah satu produk gagal yang harus tumbang di tengah perjalanan.
Buzz memungkinkan pengguna untuk berbagi foto, video, tautan, atau konten lainnya kepada kontak yang terhubung di Gmail. Sempat disebut-sebut akan mengalahkan Facebook dan Twitter. Namun justru harus kandas terlebih dahulu sebelum berhasil mengalahkan.
Buzz mengalami masalah privasi yang susah diperbaiki sehingga memilih untuk mengakhiri hidupnya pada Oktober 2011. Pada tahun yang sama, Google mengganti dan merilis sosial media serupa dengan nama Google+.
7. Google+
Rilis tahun 2011 dan menjadi pengganti Google Buzz, tidak serta merta membuat perjuangan menjadi ringan. Meskipun berhasil mendapat jumlah pengguna yang banyak karena sistem terdaftar otomatis saat pengguna membuat akun Google (Gmail). Namun pada akhirnya harus dicampakkan juga.
Google Plus juga disebut akan menggeser eksistensi Facebook. Namun, seiring bermunculan aplikasi sosial media dengan berbagai fitur-fitur baru membuat Plus sepi peminat.
Pada 2018, Google mengumumkan menghentikan layanan Google Plus versi konsumen. Hal ini tentu karena sepinya peminat dan juga karena tantangan yang terlalu besar dalam mempertahankan produk yang mampu memenuhi ekspetasi pengguna.
8. Google Video
Jika pada dunia fotografi Google sempat punya Picasa, di dunia videografi Google punya Google Videos.
Google Video berisi kumpulan video dari berbagai situs. Pada awalnya Google Videos dan Youtube merupakan dua aplikasi terpisah. Namun pada 2009 Google berhenti menerima upload terbaru.
Pada tahun 2012 Google memutuskan untuk menutup layanan berbagi Video ini dan berfokus pada platform Youtube yang diakuisisis dari Jaweed Makarim pada 2006 seharga US$ 1.65 Miliar.
Penutup
Jumlah pengguna yang besar tidaklah bisa dijadikan patokan kesuksesan sebuah perusahaan aplikasi apabila dalam perkembangannya mengesampingkan sisi User Experience atau pengalaman pengguna. Selain itu pada sisi pemasaran haruslah kuat, mengingat besarnya dan ketatnya persaingan dari produk-produk sejenis. Memang dunia digital merupakan sebuah tempat yang sangat kejam. Jika tidak bisa mengikuti trend dan keinginan pengguna, maka siap-siaplah untuk menjadwalkan penutupan.